Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Berta 11 Tahun Jadi Guru Honorer, Jalan Kaki Susuri Hutan ke Sekolah dan Dipinjami Pondok oleh Warga

Kompas.com - 25/11/2020, 13:55 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Selama 11 tahun Berta Bua'dera (48) menjadi guru honorer di SD Filial 004 di Kampung Berambai, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Sekolah di pinggir Samarinda bersebelahan dengan Desa Bangunrejo, Kecamatan Tenggaron Sebrang, Kutai Kartanegara. Sebagian besar kawasan itu masih hutan.

Selama 11 tahun, Berta menyusuri hutan menaiki bukit dan menuruni lembah untuk berangkat ke sekolah yang berjarak 5 kilometer dari rumahnya.

Namun, saat ini ia tinggal di rumah pondok kayu yang dipinjami warga yang kasihan melihat Berta menempuh perjalanan 10 kilometer setiap hari.

Baca juga: Kisah Guru Honorer di Samarinda, 11 Tahun Jalan Kaki Susuri Hutan demi Mengajar

Di rumah yang lama, Berta terbiasa bangun pukul 03.30 Wita. Ia kemudian ke dapur dan menyiapkan bekal yang akan dibawa ke sekolah serta sarapan dan makan siang suami dan anaknya.

Berta meninggalkan rumah sekitar pukul 04.30 Wita saat sang suami, Yusuf, masih beristirahat. Biasanya Yusuf bangun tidur pukul 06.00 Wita.

Sambil menenteng tas kecil dan kotak bekal, ibu satu anak ini berjalan kaki membelah kesunyian.

Baca juga: Kisah Guru Honorer Rini, Rumah Terbakar dan Nyambi Mulung Sawit, Tetap Ikhlas Mengajar

Lulusan SPG

Berta Bua’dera saat mengajar murid-murid di SDN Filial 004, Kampung Berambai, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kaltim, Selasa (12/11/2019. KOMPAS.com/ZAKARIAS DEMON DATON Berta Bua’dera saat mengajar murid-murid di SDN Filial 004, Kampung Berambai, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kaltim, Selasa (12/11/2019.
Berta adalah lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yang setingkat dengan SMA.

Sebelum menjadi guru, ia bekerja di salah satu perusahaan kayu di Samarinda. Namun, pada tahun 2005, perusahaan itu tutup dan karyawan dirumahkan, termasuk Berta.

Ia pun menganggur dan sang suami bekerja sebagai buruh bangunan.

Mereka tak lagi bisa membayar kontrakan di Samarinda. Pasangan suami istri itu kemudian pindah ke kebun di Kampung Berambai.

“Daripada bayar kontrakan, kami pindah ke kebun di sini (dekat Kampung Berambai). Kebetulan ada ipar yang juga berkebun di sini. Dia panggil kami ke sini,” kenang Berta.

Baca juga: Kisah Guru yang Mengajar di Desa Tanpa Daratan, Pernah 9 Bulan Tak Digaji

Selama empat tahun, Berta membantu suaminya mengurus kebun. Pada tahun 2009, dia mendengar kabar bahwa SD yang terletak di Kampung Berambai butuh tenaga pengajar.

Walaupun jaraknya jauh, ia tetap melamar dan diterima sebagai pengajar. Gaji pertama, ia mendapatkan uang Rp 150.000 per bulan.

Dua tahun kemudian gaji yang diterimanya naik menjadi Rp 400.000.

“Sampai sekarang gaji saya Rp 1 juta per bulan,” tutur wanita asal Toraja, Sulawesi Selatan, ini.

Berta mengaku, gajinya tak mencukupi kebutuhan hidup keluarga, apalagi biaya sekolah anak. Ia pun mencari penghasilan tambahan dengan menjual hasil kebun di pasar malam.

Baca juga: Kisah Guru yang Mengajar di Desa Tanpa Daratan, Pernah 9 Bulan Tak Digaji

“Setiap malam Senin saya jualan sayur, ubi-ubian, pisang, lombok di pasar malam di Desa Bangun Rejo (desa tetangga). Kalau makan ada saja, enggak ada beras bisa makan ubi, tapi biaya anak sekolah ini agak sulit,” keluhnya.

Kondisi ini dipersulit sejak ada pandemi Covid-19 dan pasar malam pun ditutup.

Terpaksa ia harus menjual hasil kebun ke sejumlah pasar tradisional di Samarinda dan Tenggarong.

“Yang kami sulit itu menyekolahkan anak-anak. Kalau makan, apa saja bisa kami makan dari hasil kebun,” tuturnya.

Kendati dengan kisah sedihnya, Berta tak berharap belas kasihan. Ia mengaku ikhlas menjalani profesinya sebagai guru demi mencerdaskan generasi bangsa.

Baca juga: Kisah Guru Honorer yang Rela Gaji Minus untuk Berdayakan Lansia

Bertemu monyet hingga ular kobra di jalan

Murid SDN Filial 004 di Berambai, Samarinda Utara, Samarinda, Kaltim, Sabtu (8/2/2020). KOMPAS.com/ZAKARIAS DEMON DATON Murid SDN Filial 004 di Berambai, Samarinda Utara, Samarinda, Kaltim, Sabtu (8/2/2020).
Untuk sampai ke sekolah, Berta melewati kebun dan kawasan tanpa hutan.

Setelah melewati kebun, ia memasuki kawasan tanpa hutan. Kiri kanan jalan hanya terlihat rerumputan dan pepohonan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com