Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kandung Logam Berat, Sungai Mahakam Sudah Tak Ramah Bagi Pesut

Kompas.com - 21/01/2020, 06:10 WIB
Zakarias Demon Daton,
Khairina

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com - Hasil riset Yayasan Konservasi Rare Aquatis Species of Indonesia (RASI), Sungai Mahakam di Kalimantan Timur sudah tak ramah bagi habibat hewan mamalia pesut mahakam (Orcaella brevirostris).

Menurut Direktur RASI Budiono, selain mengandung banyak logam berat, ikan yang jadi pakan pesut pun berkurang.

"Dari fisik (Sungai Mahakam) ada degradasi. Terutama dari konversi lahan menjadi perkebunan, menghilangkan ikan pakan pesut," ungkap Budiono kepada Kompas.com di Samarinda, Senin (20/1/2020).

Sebagai contoh, daerah tertentu yang sebelumnya rawa tempat ikan-ikan, dikonversi jadi kebun. Kemudian, fungsi lahan diubah.

Baca juga: Lima Ekor Pesut Mahakam Mati, Potas dan Jaring Masih Jadi Ancaman Terbesar

Selain itu, tanaman yang ditanam di lahan perkebunan pun rakus air. Jadi dampaknya menutup tempat ikan dan monokultur tak pernah baik.

Soal lain, pencemaran limbah pun disinyalir ada, tapi pihaknya belum mengindentifikasi sumbernya. Butuh keterlibatan penegak hukum dan pemerintah daerah.

Hasil uji kualitas air yang dilakukan RASI pada Juli 2017 - Mei 2018 di 16 titik sampling ditemukan konsentrat tinggi.

Ada logam berat Cd (Kadmium) dan Pb (timbal) melampau baku mutu 23 kali. Kondisi itu dinilai berbahaya bagi pesut pun manusia.

Uji kualitas air dilakukan kembali pada Agustus 2018 - Mei 2019. Ditemukan logam berat Cu melampaui baku mutu hanya sekali. Namun nilai besi, COD dan nitrit tergolong tinggi.

Kondisi tersebut, kata Budiono, mengancam populasi hewan mamalia yang dilindungi ini.

Belum lagi adanya penyemprotan racun secara ilegal saat menangkap ikan. Penggunaan jaring tangkap yang tak ramah pun turut membuat sejumlah pesut mati karena terjaring.

Baca juga: Lima Ekor Pesut Mati di Sungai Mahakam Selama 2019

Oleh karena itu, pihaknya meminta agar pemerintah daerah dan penegak hukum turut mengawasi keberadaan pesut di Kaltim.

"Minimal konversi lahan segera dihentikan guna menjaga populasi," kata dia.

Hingga kini, tercatat populasi pesut di Sungai Mahakam ada 81 ekor. Jumlah ini terus mengalami penurunan setiap tahunnya karena mengalami kematian.

Tahun 2018 adalah tahun dengan angka kematian tertinggi sejak 1999 sebanyak 11 ekor.

Rata-rata kematian tiap tahunnya 4 ekor atau 66 persen selama 24 tahun belakangan akibat terperangkap rengge kemudian tenggelam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com